BAB
I
PENDAHULLUAN
A.
Latar
Belakang
Pembaharuan di India Pakistan sebagaimana yang
dilakukan oleh Sayyid Amir Ali dkk. Telah memberikan kontribusi yang
berpengaruh bagi perkembangan di India Pakistan . Pemikiran pertama yang
kembali kesejarah lama untuk membawa bukti bahwa agama islam adalah agama
rasional dan agama kemajuan ialah Sayyid Amir Ali. Bukannya The Sfirit Of Islam
di cetak pertama kali di tahun 1891, dalam bukunya itu ia kupas ajaran-ajaran islam
mengenai tauhid, ibadat, hari akhirat, kedudukan wanitaperbudakan, sistem
politik, dan sebagainya. Dan sebagaimana pembaharuan Iqbal, Jinnah, Abu Kalam
Azat dan Abu A’la Al-maududi juga memberikan kontribusi yang sangat penting
bagi di India Pakistan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Mengetahui
riwayat hidup para tokoh pembaharu India
2. Mengetahui
pemikiran tokoh
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHARUAN
DI INDIA ;
SAYYID AMIR ALI, ABU KALAM
AZZAD, & ABUL HASAN ALI NADWI
1. SAYYID
AMIR ALI
Sayyid Amir Ali berasal dari keluarga syiah yang di
zaman Nadir syah (1736-1747) pindah dari khurusan di persia di india . Keluarga
itu kemudian bekerja di di istana Raja mughal. Sayyid Amir Ali lahir pada tahun
1849, dan meninggal pada usia tujuh puluh sembilan pada tahun 1928.
pendidikanya diperoleh di perguruan tinggi muhsiniyya yang berada di dekat
kalkulta. (Nasution,1996:181)
Di tahun 1869 ia pergi keinggris untuk meneruskan
studi dan selesai pada tahun 1873 dengan memproleh keserjanaan dalam bidang hukum.
Selesai dari studi ia kembali ke indiadan pernah bekerja sebagai pemerintah
inggris, pengcara, hakim dan guru besar dalam hukum islam.
Di tahun 1877 ia membentuk National muhammedan association. Sebagai persatuan umat islam India , dan tujuannya ialah untuk membela kepentingan umat islam dan untuk melatih mereka dalam dunia politik.
Di tahun 1877 ia membentuk National muhammedan association. Sebagai persatuan umat islam India , dan tujuannya ialah untuk membela kepentingan umat islam dan untuk melatih mereka dalam dunia politik.
Dan pada tahun 1883 ia di angkat menjadi salah satu
dari ke tiga anggota Majlis Wakil Raja Ingris di india.. Ia adalah satu-satunya
anggota islam pada majelis itu. Di tahun 1904, ia meninggalkan india dan
menetap untuk selama-lamanya di inggris. Setelah berdiri liga muslim india di
tahun 1906 ia membentuk perkumpulan itu di london. Tetapi dalam gerakan
khalifah yang di lancarkan Muhammad Ali di india untuk mempertahankan wujud
khalifah di istambul yang hendak di hapuskan kemal attaturk, ia turut mengambil
bahagian yang aktif dari london
Sayyid Amir Ali berpendapat dan berkenyakinan bahwa
islam bukanlah agama yang membawa kepada
kemunduran. Sebaliknya islam adalah agama yang membawa kepada kemajuan dan
untuk membuktikan hal itu ia kembali kesejarah islam kelasik. Karena ia banyak
menonjolkan kejayaan islam di masa lampau ia di cap penulis-penulis Orientalis,
seorang apologis, seorang yang memuja dan rindu kepada masa lampau dan
mengatakan kepada lawan : kalau kamu sedang maju sekarang, kami juga pernah mempunyai
kemajuan di masa lampau.
Pemikiran pertama yang kembali kesejarah lama untuk
membawa bukti bahwa agama islam adalah agama rasional dan agama kemajuan ialah
Sayyid Amir Ali. Bukunya The Sfirit Of Islam di cetak pertama kali di tahun
1891, dalam bukunya itu ia kupas ajaran-ajaran islam mengenai tauhid, ibadat,
hari akhirat, kedudukan wanita perbudakan, sistem politik, dan sebagainya.
(Nasution, 1996 : 183.)
Beliau
tidak anti pati terhadap dunia politik bahkan ia memasuki dunia politik. Ini
tercermin pada tahun 1877 ia membentuk National Muhammedan Association, sebagai
wadah persatuan umat Islam dan untuk melatih mereka dalam bidang politik.
Amir
Ali juga berpendapat dan berkeyakinan bahwa Islam bukanlah agama yang membawa
kepada kemunduran sebaliknya Islam adalah agama yang membawa kepada kemajuan
dan untuk membuktikannya ia mengajak meninjau kembali sejarah masa lampau bahwa
agama bukanlah yang menyebabkan kemunduran dan menghambat kemajuan. Ia tidak
menutup pintu ijtihad melainkan membuka pintu ijtihad. Pada pendapat lain juga
memberikan pendapat bahwa menggunakan akal bukan suatu dosa dan kejahatan.
Bahkan ia memberikan ayat-atat dan hadits-hadits untuk menunjang argumen
–argumen untuk menyatakan bahwa ajaran – ajaran itu tidak bertentangan dengan
pemikiran akal.
Sayyid
Amir Ali untuk memajukan umat Islam ia berpendirian tidak ingin bergantung atau
berkiblat kepada ketinggian dan kekuatan Barat seperti halnya dengan Sayyid
Ahmad Khan. Sayyid Amir Ali dalam memajukan umat Islam ia berpatokan dan
berkiblat pada ilmu pengetahuan yang dicapai oleh umat Islam di zaman itu,
karena mereka kuat berpegang pada ajaran Nabi Muhammad Saw. dan berusaha keras
untuk melaksanakannya.
2
. ABU KALAM AZAT
Beliau
dilahirkan di Mekah pada tahun 1888 dan tinggal di sana sampai berusia 7 tahun.
Ayahnya Khaoruddin, tokoh sufi berasal dari Calcutta ( sekarang Kolkata ) West
Bengal, , dibujuk oleh murid-murid sufinya yang dari Calcutta untuk kembali ke
kota itu. Di bawah pengawasan ketat ayahnya, Azad melanjutkan mempelajari
ilmu-ilmu agama, walaupun dia kurang suka dengan cara dan metode restriktif dan
otoritarian dalam pengajaran silabusnya. Oleh karena itu, atas prakarsa
sendiri, Azad muda secara diam-diam mempelajari juga buku-buku dalam bahasa
Urdu dan syair-syair Persia dan bahkan belajar memainkan sitar. Selama masa itu
dia juga mengalami suatu rasa muak terhadap sikap ‘penyembahan’ murid-murid
sufi terhadap ayahnya yang menjadi mursyid (urdu pir) dan lenyapnya kemauan
untuk menggantikan posisi ayahnya sebagai mursyid kelak.
Dunia
Islam mengalami kemunduran yang disebabkan faktor eksternal dan internal. Di
abad pertengahan ( 1757) banyak wilayah
dunia Islam yang sudah mulai merasakan dampak dari desakan ekonomi, militer
negara-negara barat. Hal ini juga dialami oleh umat Islam di India.
India
adalah negara besar dengan jumlah penduduk ratusan juta jiwa. Penduduk India
sebagian besar, kurang lebih 80% menganut agama Hindu dan kurang lebih 10%
beragama Islam. Dan samping itu, terdapat golongan minoritas yang beragama
Kristen, Sikh, Budha, dan lainnya. Agama Hindu menjadi agama mayoritas di
India, menyadari akan kehancuran yang dialami serta umat Islam yang mengalami
kemajuan, dengan segera mereka bangkit menentang umat Islam. Pada saat
kekuasaan Mughal berakhir bergantilah pemerintahan Inggris yang mulai
menggerakkan kekuatan hingga menggeser praktek keagamaan dan struktur sosio
politik umat Islam di Indiadan pada akhirnya terbentuklah negara Pakistan yang
mayoritas penduduknya orang muslim.
Pada
masa penjajahan Inggris semakin memperlemah umat Islam dan memperkuat Hindu
adalah salah satu tujuan Inggris sehingga menjadikan banyak pertikaian
Hindu-Muslim mengenai agama dan sosial politik. Diskriminasipun dilakukan untuk
kaum Muslim dan nonmuslim. Perlawanan-perlawanan yang dilakukan belum mampu
mengusir Inggris malah sebaliknya terjadi diskriminasi dipertengahan abad XX,
hal ini menjadikan India secara langsung berada di bawah Inggris dan India
mulai dipengaruhi oleh barat.
Kegagalan
pemberontakan-pemberontakan di tahun 1857 memberikan semangat baru bagi
pembaharu India sekaligus pemikir India. Salah satunya Abul Kalam Azad. Ia
merupakan salah satu tokoh ulama dan pemimpin India yang menentang berdirinya
negara Pakistan. Adanya revolusi 1857 telah membangkitkan hati generasi India
tentang kesadaran politik. Hingga pada tahun 1885 menjadi salah satu peringatan
persatuan kebangsaan India yakni dengan dibentuknya organisasi The India
National Congress atau kongres-kongres. Kongres ini selanjutnya menjadi wadah
penampung aspirasi rakyat. Upaya ini dirasakan kurang berupaya untuk
menggabungkan kekuatan Islam kedalam partai Kongres yang mayoritas adalah
golongan Hindu menurutnya untuk membangkitkan jiwa patriotisme di kalangan umat
Islam India dan mencari penyelesaian akan perbedaan faham tujuan di kalangan
umat Hindu dan Islam.
Lahirnya
pemikiran Abul Kalam Azad tersebut dilatarbelakangi oleh kolonialisme Inggris
dalam situasi sosial, budaya, perrekonomian dalam kehidupan Hindu Muslim di
India. Pemikiran tersebut tidak mendapatkan dukungan diantara umat Islam.
Banyak kendala yang semakin jelas dalam kehidupan masyarakat India sehingga
menimbulkan semakin nyatanya kesenjangan antara Muslim dan nonmuslim. Abul
Kalam Azad tetap berpegang teguh pada gerakan nasionalismenya dengan usahanya
untuk menyatukan umat Islam dam Hindu. Dengan berani AbulKalam Azad menentang
gerakan Aligarh yang berpendapat bahwa umat Islam harus berdiri sendiri sebagai
negara Islam.
Upaya
Abul Kalam Azad ini tidak membawa kepada apa yang di cita-citakan yakni
kemerdekaan India yang utuh dan bersatunya Hindu dan Islam sebagai satu negara
di bawah negara India, yeng terjadi adalah pecahnya Umat Islam dan Hindu dengan
berdirinya negara Pakistan sebagai negara umat Islam dan negara umat Hindu.
Pemahaman pemikiran di balik ketidakberhasilan upaya Abul Kalam Azad dalam
mencapai kemerdekaan uyang utuh Hindu dan Muslim di India adalah hal yang
menarik untuk diketahui, melalui jalur politik, Abul Kalam Azad menindaklanjuti
pemikiran-pemikirannya. Tindakannya berdasarkan kondisi sosial, ekonomi,
budaya, keagamaan umat Islam dan Hindu yang mengalami perpecahan serta
kemunduran.
2.
SYEKH ABUL
HASAN ALI NADWI
Syeikh Abul Hasan Ali al-Hasani
an-Nadwi merupakan seorang ulama dan pemikir Islam yang ulung. Beliau
dilahirkan pada 6 Muharram 1333H / 23 November 1914M di Takia Kala, Rae Berily,
India. Nama sebenar beliau ialah Ali bin Abdul Hayy bin Fakhruddin bin Abdul
Aliy al-Hasani. Nasabnya sampai kepada Hasan bin Ali bin Abi Talib r.a. Beliau
amat bertuah kerana dilahirkan dan dibesarkan di dalam sebuah keluarga yang
amat berpegang teguh dengan ajaran Islam. Ayahnya Sayyid Abdul Hayy seorang
ulama di India manakala ibunya juga seorang pendidik dan hafaz al Quran serta
syair-syair sejarah Islam dalam bahasa Urdu.
Dilahirkan dalam keluarga yang
mementingkan ilmu, tidak heranlah minat membaca beliau dimulai sejak kecil.
Beliau gemar mengumpul kitab dan mempunyai satu tempat bacaan sendiri yang
dinamakan sebagai Maktabah Abil Hasan Ali (Perpustakaan Abul Hasan Ali).
Sejak kecil juga Syeikh Abul Hasan
telah didik dengan pelbagai ilmu pengetahuan meliputi bahasa Arab, nahu, syair,
sastera Arab, tafsir, fiqh, hadis dan sebagainya. Ramai dikalangan gurunya
datang dari India dan ada juga di antara mereka yang datang dari Madinah.
Diperingkat awal, beliau hanya belajar di rumah dan di madrasah Nadwatul Ulama.
Setelah itu beliau mengorak langkah keperingkat yang lebih tinggi di Universiti
Lucknow dan di sini, beliau telah berjaya mencapai kecemerlangan tertinggi
dalam bidang Bahasa Arab. Kemudian beliau meneruskan lagi pengembaraan ilmunya
hingga membawa beliau ke Lahore. Di sinilah dia bertemu dengan seorang sarjana
dan pemikir agung dunia Islam iaitu Dr. Muhammad Iqbal. Kekaguman beliau dengan
karya-karya Iqbal mendorong beliau untuk menterjemahkan beberapa syair Iqbal
daripada Bahasa Urdu kepada Bahasa Arab, walaupun usianya pada ketika itu hanya
sekitar 15 tahun sahaja.
Sifat Peribadi
Beliau adalah seorang yang
berperibadi zuhud dan tidak membezakan antara manusia dalam dakwahnya
membuatkan ulama terkenal Mesir, Dr Yusuf al-Qaradhawi mengkagumi keperibadian
beliau.
Dr Yusuf al-Qaradhawi berkata: "Saya
mengenali keperibadiannya dan juga karya-karyanya. Saya mendapati pada dirinya
hati seorang muslim yang sejati dan pemikiran Islam yang tulen. Saya mendapati
beliau sentiasa hidup dengan Islam dan untuk Islam. Saya kira bukan saya
seorang sahaja yang mencintainya tetapi semua orang yang mengenalinya pasti
mencintainya, bahkan sesiapa yang lebih mengenalinya pasti akan bertambah
kecintaan terhadapnya."
Dakwah dan Pendiriannya
Dalam berdakwa Beliau Menggunakan
pendekatan dakwah ulama’-ulama’ terdahulu seperti Imam As Sirhindi r.a dan
Maulana Ilyas r.a, serta beberapa tokoh Islam yang agung, Syeikh Abul Hasan
telah membawa suatu manhaj dakwah dan tarbiyah yang menyeluruh, dengan menggabungkan
beberapa manhaj hingga tergabunglah antara sistem lama dengan sistem baru .
Menurut beliau, pemahaman yang jitu terhadap dasar-dasar dakwah akan menjadikan
seorang daie’ benar-benar berdakwah untuk Allah bukan untuk kepentingan peribadi
atau selainnya. Prinsip yang perlu ada ialah berdakwah untuk kebaikan umat
seluruhnya bukan untuk keuntungan kelompok atau diri sendiri. Dasar-dasar yang
digariskan beliau dalam melaksanakan dakwah itu merupakan himpunan daripada
dasar "At Tasallub Fi Al Usul" yaitu tegas pada prinsip dan "Al
Murunah Fi Al Wasail" yakni anjal dalam perlaksanaan.
Usaha gigih Syeikh Abul Hasan dalam
menyampaikan kalimah haq bukan saja dikagumi oleh dunia Islam tetapi
juga dikagumi dunia Barat khususnya di
Eropah. Banyak undangan ceramah dan seminar yang beliau terima dari
institusi-institusi terkemuka di Eropah seperti di Geneva, Paris, Cambridge,
Oxford, Glasgow, Edinburgh dan Sepanyol. Rata-rata dikalangan pendakwah dan
mereka yang terlibat dalam dunia pendidikan, baik di Timur mahupun di Barat
mengenali tokoh ini. walaupun tidak berkesempatan mengenali peribadi beliau
secara langsung tetapi apabila kita membaca hasil-hasil karyanya kita akan
merasakan seolah-olah beliau adalah guru kita yang duduk bersama-sama kita.
An-Nadwi juga begitu peka dengan
sistem pendidikan dan banyak mengkritik golongan orientalis yang menyelewengkan
fakta sebenar mengenai Islam. Dari segi faktor keagamaan, tujuan orientalis
adalah menyebarkan agama Kristian dan menonjolkannya lebih daripada agama
Islam. Di samping itu, mereka cuba membangkitkan rasa bangga terhadap mereka ke
dalam jiwa anak-anak muda Islam. Dari segi politik, golongan orientalis adalah
utusan barat ke negara-negara Islam
dengan tujuan membuat penyelidikan yang berhubung dengan adat, bahasa, tabiat
dan jiwa orang-orang timur. Melalui cara ini, barat dapat meluaskan kekuasaan
dan pengaruhnya kepada umat Islam. Walaupun begitu, ada juga golongan
orientalis yang membuat penyelidikan semata-mata karena rasa minat mereka
terhadap ilmu. Menurut al-Nadwi, antara orientalis yang menghasilkan
penyelidikan yang baik, wajar diberi penghargaan ialah Prof. T.W. Arnold,
pengarang buku Preaching of Islam, Stanley Lane pengarang buku Saladin
(Salahuddin al-Ayubi) dan Moors in Spains, Dr. Aloys Spenger Edward William
Lane, A.W.J- Wensinck, yang telah menyusun Mu‘ajam Hadith. Semua
pengarang-pengarang ini menunjukkan keikhlasan mereka dalam membahaskan sesuatu
isu tanpa dipengaruhi oleh faktor politik, ekonomi dan agama.
An-Nadwi telah memberi kritikan
pedas terhadap golongan orientalis yang seharusnya direnung oleh
pelajar-pelajar muslim yang lain. Beliau menyebut bahawa dengan mengakui
sumbangan ilmu orientalis ini, tiada halangan baginya untuk menegaskan bahawa
kaum orientalis ini sering tidak beroleh taufik dari Ilahi walaupun mereka
banyak melakukan penyelidikan dan penggalian terhadap ilmu-ilmu al-Qur’an,
sunnah, sirah nabi, fiqih Islam, akhlak dan tasauf. Mereka hanya keluar dengan
tangan hampa tanpa memperolehi apa-apa dari keimanan dan keyakinan. Sebaliknya
didapati bertambah besar jurang yang memisahkan mereka dengan ilmu tersebut
disebabkan oleh iktikad permusuhan yang terpendam dalam hati mereka. Tujuan
mereka hanya ingin mencari kelemahan tentang Islam dan mengemukakannya untuk
maksud politik mahupun keagamaan.
Menurut an-Nadwi, umat Islam
sekarang menghadapi kejumudan pemikiran atau mendapnya kecerdasan akal yang
menimpa sarjana Islam atau pusat-pusat pengajian Islam semenjak waktu yang
lama. Begitu juga, jarang ditemui ulama yang dapat meyakinkan generasi muda
mengenai keunggulan Islam dan keabdian ajaran agama untuk mereka melayari
kehidupan serta menyingkap takbir kelemahan-kelemahan peradaban barat dan
sorotan yang ilmiah dan analisa yang teliti.
Beliau turut menggariskan beberapa faktor
yang menyebabkan pemahaman ini dapat menawan jiwa orang-orang Islam. Antaranya
ialah kelemahan orang Islam dari sudut
keimanan, ijtihad dan ilmu pengetahuan. Fikiran menjadi sempit dan keghairahan
terhadap agama mereka telah lenyap sama sekali. Kedua; para ulama tidak
memainkan peranan yang sebenar dan tidak pula berusaha untuk memimpin orang
Islam lain terutama anak-anak muda Islam. Ketiga; penjajahan terhadap dunnia
islam. Orang-orang Islam mengkagumi falsafah barat yang dianggap mengandungi
kebenaran dan kemajuan.
An-Nadwi berpendapat bahawa jalan
yang paling selamat dalam mendidik umat Islam ialah kembali beriman kepada
Alllah sebagaimana Rasulullah dahulu telah melaksanakannya dengan begitu
berkesan. Kemungkaran dan kerusakan adalah berawal dari keengganan manusia
untuk kembali kepada al-quran dan as-sunnah.. Hanya dengan kembali kepada
al-Qur’an dan haditslah manusia masa kini dapat diselamatkan sebagaimana
manusia pada zaman dahulu diselamatkan oleh Rasulullah. Oleh karena itu, beliau
menyarankan umat Islam agar kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Karya Yang Membuka Mata Dunia
Siapa yang tidak terkesan bila mana
membaca karya agung beliau berjudul "Apakah Kerugian Dunia Akibat
Kemunduran Umat Islam" yang pernah menggoncangkan hati para pemimpin dan
ulama’ di dunia Arab. Hingga sekarang karya yang berusia lebih 50 tahun itu,
tetap menjadi rujukan umat seluruh dunia malah telah diterbitkan dalam berbagai-bagai
bahasa seperti Inggris, Paris, Urdu, Arab, Hindi, Melayu dan lain-lain. Beliau
telah berjaya membuka pandangan sempit pemimpin dunia Islam yang menganggap
bahawa kekayaan material yang dimiliki oleh masyarakat Eropah adalah
segala-galanya sedangkan mereka di sana telah hancur dari segi pemikiran dan
kerohanian. Dengan pandangannya yang tajam, Syeikh Abul Hasan an-Nadwi berjaya
membawa suatu hasil yang berguna untuk mengeluarkan umat manusia dari kehidup
jahiliyah kepada naungan Islam yang benar.
Sebagaimana yang beliau nukilkan bahawa hanya umat Islam saja yang layak untuk
mentadbir dan mengatur dunia ini, tanpa Islam dunia akan menghadapi penderitaan
dan kerugian walaupun manusia memiliki teknologi yang canggih dan kemudahan
hidup.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Menurut Sayyid Amir Ali, Pemikiran
pertama yang kembali kesejarah lama untuk membawa bukti bahwa agama islam
adalah agama rasional dan agama kemajuan.
Azad
memiliki keilmuan Islam mumpuni memilih pandangan nasionalisme sekuler
berdasarkan sensibilitas religius personal.
Dan
Abul Hasan Ali Nadwi berpendapat umat Islam sekarang
menghadapi kejumudan pemikiran atau mendapnya kecerdasan akal yang menimpa
sarjana Islam atau pusat-pusat pengajian Islam semenjak waktu yang lama. Begitu
juga, jarang ditemui ulama yang dapat meyakinkan generasi muda mengenai
keunggulan Islam dan keabdian ajaran agama untuk mereka melayari kehidupan
serta menyingkap takbir kelemahan-kelemahan peradaban barat dan sorotan yang
ilmiah dan analisa yang teliti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar