Kamis, 26 April 2012

ILMU KALAM "PEMBAHARUAN DI INDIA"


BAB I
PENDAHULLUAN
A.    Latar Belakang
Pembaharuan di India Pakistan sebagaimana yang dilakukan oleh Sayyid Amir Ali dkk. Telah memberikan kontribusi yang berpengaruh bagi perkembangan di India Pakistan . Pemikiran pertama yang kembali kesejarah lama untuk membawa bukti bahwa agama islam adalah agama rasional dan agama kemajuan ialah Sayyid Amir Ali. Bukannya The Sfirit Of Islam di cetak pertama kali di tahun 1891, dalam bukunya itu ia kupas ajaran-ajaran islam mengenai tauhid, ibadat, hari akhirat, kedudukan wanitaperbudakan, sistem politik, dan sebagainya. Dan sebagaimana pembaharuan Iqbal, Jinnah, Abu Kalam Azat dan Abu A’la Al-maududi juga memberikan kontribusi yang sangat penting bagi di India Pakistan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Mengetahui riwayat hidup para tokoh pembaharu India
2.      Mengetahui pemikiran tokoh


BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHARUAN DI INDIA ; 
SAYYID AMIR ALI,  ABU KALAM AZZAD,  & ABUL HASAN ALI NADWI

1.      SAYYID AMIR ALI
Sayyid Amir Ali berasal dari keluarga syiah yang di zaman Nadir syah (1736-1747) pindah dari khurusan di persia di india . Keluarga itu kemudian bekerja di di istana Raja mughal. Sayyid Amir Ali lahir pada tahun 1849, dan meninggal pada usia tujuh puluh sembilan pada tahun 1928. pendidikanya diperoleh di perguruan tinggi muhsiniyya yang berada di dekat kalkulta. (Nasution,1996:181)
Di tahun 1869 ia pergi keinggris untuk meneruskan studi dan selesai pada tahun 1873 dengan memproleh keserjanaan dalam bidang hukum. Selesai dari studi ia kembali ke indiadan pernah bekerja sebagai pemerintah inggris, pengcara, hakim dan guru besar dalam hukum islam.
Di tahun 1877 ia membentuk National muhammedan association. Sebagai persatuan umat islam India , dan tujuannya ialah untuk membela kepentingan umat islam dan untuk melatih mereka dalam dunia politik.
Dan pada tahun 1883 ia di angkat menjadi salah satu dari ke tiga anggota Majlis Wakil Raja Ingris di india.. Ia adalah satu-satunya anggota islam pada majelis itu. Di tahun 1904, ia meninggalkan india dan menetap untuk selama-lamanya di inggris. Setelah berdiri liga muslim india di tahun 1906 ia membentuk perkumpulan itu di london. Tetapi dalam gerakan khalifah yang di lancarkan Muhammad Ali di india untuk mempertahankan wujud khalifah di istambul yang hendak di hapuskan kemal attaturk, ia turut mengambil bahagian yang aktif dari london
Sayyid Amir Ali berpendapat dan berkenyakinan bahwa islam bukanlah agama yang membawa  kepada kemunduran. Sebaliknya islam adalah agama yang membawa kepada kemajuan dan untuk membuktikan hal itu ia kembali kesejarah islam kelasik. Karena ia banyak menonjolkan kejayaan islam di masa lampau ia di cap penulis-penulis Orientalis, seorang apologis, seorang yang memuja dan rindu kepada masa lampau dan mengatakan kepada lawan : kalau kamu sedang maju sekarang, kami juga pernah mempunyai kemajuan di masa lampau.
Pemikiran pertama yang kembali kesejarah lama untuk membawa bukti bahwa agama islam adalah agama rasional dan agama kemajuan ialah Sayyid Amir Ali. Bukunya The Sfirit Of Islam di cetak pertama kali di tahun 1891, dalam bukunya itu ia kupas ajaran-ajaran islam mengenai tauhid, ibadat, hari akhirat, kedudukan wanita perbudakan, sistem politik, dan sebagainya. (Nasution, 1996 : 183.)
Beliau tidak anti pati terhadap dunia politik bahkan ia memasuki dunia politik. Ini tercermin pada tahun 1877 ia membentuk National Muhammedan Association, sebagai wadah persatuan umat Islam dan untuk melatih mereka dalam bidang politik.
Amir Ali juga berpendapat dan berkeyakinan bahwa Islam bukanlah agama yang membawa kepada kemunduran sebaliknya Islam adalah agama yang membawa kepada kemajuan dan untuk membuktikannya ia mengajak meninjau kembali sejarah masa lampau bahwa agama bukanlah yang menyebabkan kemunduran dan menghambat kemajuan. Ia tidak menutup pintu ijtihad melainkan membuka pintu ijtihad. Pada pendapat lain juga memberikan pendapat bahwa menggunakan akal bukan suatu dosa dan kejahatan. Bahkan ia memberikan ayat-atat dan hadits-hadits untuk menunjang argumen –argumen untuk menyatakan bahwa ajaran – ajaran itu tidak bertentangan dengan pemikiran akal.
Sayyid Amir Ali untuk memajukan umat Islam ia berpendirian tidak ingin bergantung atau berkiblat kepada ketinggian dan kekuatan Barat seperti halnya dengan Sayyid Ahmad Khan. Sayyid Amir Ali dalam memajukan umat Islam ia berpatokan dan berkiblat pada ilmu pengetahuan yang dicapai oleh umat Islam di zaman itu, karena mereka kuat berpegang pada ajaran Nabi Muhammad Saw. dan berusaha keras untuk melaksanakannya.

2 . ABU KALAM AZAT
Beliau dilahirkan di Mekah pada tahun 1888 dan tinggal di sana sampai berusia 7 tahun. Ayahnya Khaoruddin, tokoh sufi berasal dari Calcutta ( sekarang Kolkata ) West Bengal, , dibujuk oleh murid-murid sufinya yang dari Calcutta untuk kembali ke kota itu. Di bawah pengawasan ketat ayahnya, Azad melanjutkan mempelajari ilmu-ilmu agama, walaupun dia kurang suka dengan cara dan metode restriktif dan otoritarian dalam pengajaran silabusnya. Oleh karena itu, atas prakarsa sendiri, Azad muda secara diam-diam mempelajari juga buku-buku dalam bahasa Urdu dan syair-syair Persia dan bahkan belajar memainkan sitar. Selama masa itu dia juga mengalami suatu rasa muak terhadap sikap ‘penyembahan’ murid-murid sufi terhadap ayahnya yang menjadi mursyid (urdu pir) dan lenyapnya kemauan untuk menggantikan posisi ayahnya sebagai mursyid kelak.
Dunia Islam mengalami kemunduran yang disebabkan faktor eksternal dan internal. Di abad  pertengahan ( 1757) banyak wilayah dunia Islam yang sudah mulai merasakan dampak dari desakan ekonomi, militer negara-negara barat. Hal ini juga dialami oleh umat Islam di India.

India adalah negara besar dengan jumlah penduduk ratusan juta jiwa. Penduduk India sebagian besar, kurang lebih 80% menganut agama Hindu dan kurang lebih 10% beragama Islam. Dan samping itu, terdapat golongan minoritas yang beragama Kristen, Sikh, Budha, dan lainnya. Agama Hindu menjadi agama mayoritas di India, menyadari akan kehancuran yang dialami serta umat Islam yang mengalami kemajuan, dengan segera mereka bangkit menentang umat Islam. Pada saat kekuasaan Mughal berakhir bergantilah pemerintahan Inggris yang mulai menggerakkan kekuatan hingga menggeser praktek keagamaan dan struktur sosio politik umat Islam di Indiadan pada akhirnya terbentuklah negara Pakistan yang mayoritas penduduknya orang muslim.
Pada masa penjajahan Inggris semakin memperlemah umat Islam dan memperkuat Hindu adalah salah satu tujuan Inggris sehingga menjadikan banyak pertikaian Hindu-Muslim mengenai agama dan sosial politik. Diskriminasipun dilakukan untuk kaum Muslim dan nonmuslim. Perlawanan-perlawanan yang dilakukan belum mampu mengusir Inggris malah sebaliknya terjadi diskriminasi dipertengahan abad XX, hal ini menjadikan India secara langsung berada di bawah Inggris dan India mulai dipengaruhi oleh barat.
Kegagalan pemberontakan-pemberontakan di tahun 1857 memberikan semangat baru bagi pembaharu India sekaligus pemikir India. Salah satunya Abul Kalam Azad. Ia merupakan salah satu tokoh ulama dan pemimpin India yang menentang berdirinya negara Pakistan. Adanya revolusi 1857 telah membangkitkan hati generasi India tentang kesadaran politik. Hingga pada tahun 1885 menjadi salah satu peringatan persatuan kebangsaan India yakni dengan dibentuknya organisasi The India National Congress atau kongres-kongres. Kongres ini selanjutnya menjadi wadah penampung aspirasi rakyat. Upaya ini dirasakan kurang berupaya untuk menggabungkan kekuatan Islam kedalam partai Kongres yang mayoritas adalah golongan Hindu menurutnya untuk membangkitkan jiwa patriotisme di kalangan umat Islam India dan mencari penyelesaian akan perbedaan faham tujuan di kalangan umat Hindu dan Islam.
Lahirnya pemikiran Abul Kalam Azad tersebut dilatarbelakangi oleh kolonialisme Inggris dalam situasi sosial, budaya, perrekonomian dalam kehidupan Hindu Muslim di India. Pemikiran tersebut tidak mendapatkan dukungan diantara umat Islam. Banyak kendala yang semakin jelas dalam kehidupan masyarakat India sehingga menimbulkan semakin nyatanya kesenjangan antara Muslim dan nonmuslim. Abul Kalam Azad tetap berpegang teguh pada gerakan nasionalismenya dengan usahanya untuk menyatukan umat Islam dam Hindu. Dengan berani AbulKalam Azad menentang gerakan Aligarh yang berpendapat bahwa umat Islam harus berdiri sendiri sebagai negara Islam.
Upaya Abul Kalam Azad ini tidak membawa kepada apa yang di cita-citakan yakni kemerdekaan India yang utuh dan bersatunya Hindu dan Islam sebagai satu negara di bawah negara India, yeng terjadi adalah pecahnya Umat Islam dan Hindu dengan berdirinya negara Pakistan sebagai negara umat Islam dan negara umat Hindu. Pemahaman pemikiran di balik ketidakberhasilan upaya Abul Kalam Azad dalam mencapai kemerdekaan uyang utuh Hindu dan Muslim di India adalah hal yang menarik untuk diketahui, melalui jalur politik, Abul Kalam Azad menindaklanjuti pemikiran-pemikirannya. Tindakannya berdasarkan kondisi sosial, ekonomi, budaya, keagamaan umat Islam dan Hindu yang mengalami perpecahan serta kemunduran.

2.      SYEKH ABUL HASAN ALI NADWI
Syeikh Abul Hasan Ali al-Hasani an-Nadwi merupakan seorang ulama dan pemikir Islam yang ulung. Beliau dilahirkan pada 6 Muharram 1333H / 23 November 1914M di Takia Kala, Rae Berily, India. Nama sebenar beliau ialah Ali bin Abdul Hayy bin Fakhruddin bin Abdul Aliy al-Hasani. Nasabnya sampai kepada Hasan bin Ali bin Abi Talib r.a. Beliau amat bertuah kerana dilahirkan dan dibesarkan di dalam sebuah keluarga yang amat berpegang teguh dengan ajaran Islam. Ayahnya Sayyid Abdul Hayy seorang ulama di India manakala ibunya juga seorang pendidik dan hafaz al Quran serta syair-syair sejarah Islam dalam bahasa Urdu.
Dilahirkan dalam keluarga yang mementingkan ilmu, tidak heranlah minat membaca beliau dimulai sejak kecil. Beliau gemar mengumpul kitab dan mempunyai satu tempat bacaan sendiri yang dinamakan sebagai Maktabah Abil Hasan Ali (Perpustakaan Abul Hasan Ali).
Sejak kecil juga Syeikh Abul Hasan telah didik dengan pelbagai ilmu pengetahuan meliputi bahasa Arab, nahu, syair, sastera Arab, tafsir, fiqh, hadis dan sebagainya. Ramai dikalangan gurunya datang dari India dan ada juga di antara mereka yang datang dari Madinah. Diperingkat awal, beliau hanya belajar di rumah dan di madrasah Nadwatul Ulama. Setelah itu beliau mengorak langkah keperingkat yang lebih tinggi di Universiti Lucknow dan di sini, beliau telah berjaya mencapai kecemerlangan tertinggi dalam bidang Bahasa Arab. Kemudian beliau meneruskan lagi pengembaraan ilmunya hingga membawa beliau ke Lahore. Di sinilah dia bertemu dengan seorang sarjana dan pemikir agung dunia Islam iaitu Dr. Muhammad Iqbal. Kekaguman beliau dengan karya-karya Iqbal mendorong beliau untuk menterjemahkan beberapa syair Iqbal daripada Bahasa Urdu kepada Bahasa Arab, walaupun usianya pada ketika itu hanya sekitar 15 tahun sahaja.
Sifat Peribadi
Peribadi Syeikh Abul Hasan sangat sederhana, zuhud, berlapang dada serta terpancar keikhlasan dakwahnya sehingga membuatkan beliau senang didampingi, tidak kira peringkat umur dan darjat seseorang manusia itu.
Beliau adalah seorang yang berperibadi zuhud dan tidak membezakan antara manusia dalam dakwahnya membuatkan ulama terkenal Mesir, Dr Yusuf al-Qaradhawi mengkagumi keperibadian beliau.
Dr Yusuf al-Qaradhawi berkata: "Saya mengenali keperibadiannya dan juga karya-karyanya. Saya mendapati pada dirinya hati seorang muslim yang sejati dan pemikiran Islam yang tulen. Saya mendapati beliau sentiasa hidup dengan Islam dan untuk Islam. Saya kira bukan saya seorang sahaja yang mencintainya tetapi semua orang yang mengenalinya pasti mencintainya, bahkan sesiapa yang lebih mengenalinya pasti akan bertambah kecintaan terhadapnya."
Dakwah dan Pendiriannya
Dalam berdakwa Beliau Menggunakan pendekatan dakwah ulama’-ulama’ terdahulu seperti Imam As Sirhindi r.a dan Maulana Ilyas r.a, serta beberapa tokoh Islam yang agung, Syeikh Abul Hasan telah membawa suatu manhaj dakwah dan tarbiyah yang menyeluruh, dengan menggabungkan beberapa manhaj hingga tergabunglah antara sistem lama dengan sistem baru . Menurut beliau, pemahaman yang jitu terhadap dasar-dasar dakwah akan menjadikan seorang daie’ benar-benar berdakwah untuk Allah bukan untuk kepentingan peribadi atau selainnya. Prinsip yang perlu ada ialah berdakwah untuk kebaikan umat seluruhnya bukan untuk keuntungan kelompok atau diri sendiri. Dasar-dasar yang digariskan beliau dalam melaksanakan dakwah itu merupakan himpunan daripada dasar "At Tasallub Fi Al Usul" yaitu tegas pada prinsip dan "Al Murunah Fi Al Wasail" yakni anjal dalam perlaksanaan.
Usaha gigih Syeikh Abul Hasan dalam menyampaikan kalimah haq bukan saja dikagumi oleh dunia Islam tetapi juga dikagumi  dunia Barat khususnya di Eropah. Banyak undangan ceramah dan seminar yang beliau terima dari institusi-institusi terkemuka di Eropah seperti di Geneva, Paris, Cambridge, Oxford, Glasgow, Edinburgh dan Sepanyol. Rata-rata dikalangan pendakwah dan mereka yang terlibat dalam dunia pendidikan, baik di Timur mahupun di Barat mengenali tokoh ini. walaupun tidak berkesempatan mengenali peribadi beliau secara langsung tetapi apabila kita membaca hasil-hasil karyanya kita akan merasakan seolah-olah beliau adalah guru kita yang duduk bersama-sama kita.
An-Nadwi juga begitu peka dengan sistem pendidikan dan banyak mengkritik golongan orientalis yang menyelewengkan fakta sebenar mengenai Islam. Dari segi faktor keagamaan, tujuan orientalis adalah menyebarkan agama Kristian dan menonjolkannya lebih daripada agama Islam. Di samping itu, mereka cuba membangkitkan rasa bangga terhadap mereka ke dalam jiwa anak-anak muda Islam. Dari segi politik, golongan orientalis adalah utusan barat ke negara-negara  Islam dengan tujuan membuat penyelidikan yang berhubung dengan adat, bahasa, tabiat dan jiwa orang-orang timur. Melalui cara ini, barat dapat meluaskan kekuasaan dan pengaruhnya kepada umat Islam. Walaupun begitu, ada juga golongan orientalis yang membuat penyelidikan semata-mata karena rasa minat mereka terhadap ilmu. Menurut al-Nadwi, antara orientalis yang menghasilkan penyelidikan yang baik, wajar diberi penghargaan ialah Prof. T.W. Arnold, pengarang buku Preaching of Islam, Stanley Lane pengarang buku Saladin (Salahuddin al-Ayubi) dan Moors in Spains, Dr. Aloys Spenger Edward William Lane, A.W.J- Wensinck, yang telah menyusun Mu‘ajam Hadith. Semua pengarang-pengarang ini menunjukkan keikhlasan mereka dalam membahaskan sesuatu isu tanpa dipengaruhi oleh faktor politik, ekonomi dan agama.
An-Nadwi telah memberi kritikan pedas terhadap golongan orientalis yang seharusnya direnung oleh pelajar-pelajar muslim yang lain. Beliau menyebut bahawa dengan mengakui sumbangan ilmu orientalis ini, tiada halangan baginya untuk menegaskan bahawa kaum orientalis ini sering tidak beroleh taufik dari Ilahi walaupun mereka banyak melakukan penyelidikan dan penggalian terhadap ilmu-ilmu al-Qur’an, sunnah, sirah nabi, fiqih Islam, akhlak dan tasauf. Mereka hanya keluar dengan tangan hampa tanpa memperolehi apa-apa dari keimanan dan keyakinan. Sebaliknya didapati bertambah besar jurang yang memisahkan mereka dengan ilmu tersebut disebabkan oleh iktikad permusuhan yang terpendam dalam hati mereka. Tujuan mereka hanya ingin mencari kelemahan tentang Islam dan mengemukakannya untuk maksud politik mahupun keagamaan.
Menurut an-Nadwi, umat Islam sekarang menghadapi kejumudan pemikiran atau mendapnya kecerdasan akal yang menimpa sarjana Islam atau pusat-pusat pengajian Islam semenjak waktu yang lama. Begitu juga, jarang ditemui ulama yang dapat meyakinkan generasi muda mengenai keunggulan Islam dan keabdian ajaran agama untuk mereka melayari kehidupan serta menyingkap takbir kelemahan-kelemahan peradaban barat dan sorotan yang ilmiah dan analisa yang teliti.
Beliau turut menggariskan beberapa faktor yang menyebabkan pemahaman ini dapat menawan jiwa orang-orang Islam. Antaranya ialah  kelemahan orang Islam dari sudut keimanan, ijtihad dan ilmu pengetahuan. Fikiran menjadi sempit dan keghairahan terhadap agama mereka telah lenyap sama sekali. Kedua; para ulama tidak memainkan peranan yang sebenar dan tidak pula berusaha untuk memimpin orang Islam lain terutama anak-anak muda Islam. Ketiga; penjajahan terhadap dunnia islam. Orang-orang Islam mengkagumi falsafah barat yang dianggap mengandungi kebenaran dan kemajuan.
An-Nadwi berpendapat bahawa jalan yang paling selamat dalam mendidik umat Islam ialah kembali beriman kepada Alllah sebagaimana Rasulullah dahulu telah melaksanakannya dengan begitu berkesan. Kemungkaran dan kerusakan adalah berawal dari keengganan manusia untuk kembali kepada al-quran dan as-sunnah.. Hanya dengan kembali kepada al-Qur’an dan haditslah manusia masa kini dapat diselamatkan sebagaimana manusia pada zaman dahulu diselamatkan oleh Rasulullah. Oleh karena itu, beliau menyarankan umat Islam agar kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Karya Yang Membuka Mata Dunia
Siapa yang tidak terkesan bila mana membaca karya agung beliau berjudul "Apakah Kerugian Dunia Akibat Kemunduran Umat Islam" yang pernah menggoncangkan hati para pemimpin dan ulama’ di dunia Arab. Hingga sekarang karya yang berusia lebih 50 tahun itu, tetap menjadi rujukan umat seluruh dunia malah telah diterbitkan dalam berbagai-bagai bahasa seperti Inggris, Paris, Urdu, Arab, Hindi, Melayu dan lain-lain. Beliau telah berjaya membuka pandangan sempit pemimpin dunia Islam yang menganggap bahawa kekayaan material yang dimiliki oleh masyarakat Eropah adalah segala-galanya sedangkan mereka di sana telah hancur dari segi pemikiran dan kerohanian. Dengan pandangannya yang tajam, Syeikh Abul Hasan an-Nadwi berjaya membawa suatu hasil yang berguna untuk mengeluarkan umat manusia dari kehidup jahiliyah  kepada naungan Islam yang benar. Sebagaimana yang beliau nukilkan bahawa hanya umat Islam saja yang layak untuk mentadbir dan mengatur dunia ini, tanpa Islam dunia akan menghadapi penderitaan dan kerugian walaupun manusia memiliki teknologi yang canggih dan kemudahan hidup.


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Menurut Sayyid Amir Ali, Pemikiran pertama yang kembali kesejarah lama untuk membawa bukti bahwa agama islam adalah agama rasional dan agama kemajuan.
Azad memiliki keilmuan Islam mumpuni memilih pandangan nasionalisme sekuler berdasarkan sensibilitas religius personal.
Dan Abul Hasan Ali Nadwi berpendapat umat Islam sekarang menghadapi kejumudan pemikiran atau mendapnya kecerdasan akal yang menimpa sarjana Islam atau pusat-pusat pengajian Islam semenjak waktu yang lama. Begitu juga, jarang ditemui ulama yang dapat meyakinkan generasi muda mengenai keunggulan Islam dan keabdian ajaran agama untuk mereka melayari kehidupan serta menyingkap takbir kelemahan-kelemahan peradaban barat dan sorotan yang ilmiah dan analisa yang teliti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar